Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Di Indonesia – Pahamify

Olimpiese Somerspele 1936 - WikipediaBahkan memasuki era globalisasi pendidikan di Indonesia tidak berubah secara signifikan, sebagai contoh, jika memang pemerintah terfokus pada pengembangan SDM dengan output Industrialisasi, apakah seluruh Sekolah Dasar di Indonesia telah dimasuki oleh teknologi ? Hal tersebut membuktikan, bahwa pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia belum berhasil. Kembali lagi ke pembahasan SDM yang sesungguhnya, jika kurikulum pendidikan terfokus untuk mengajarkan tentang kepribadian yang baik sejak dini dan pengetahuan dasar sebagai ilmu tambahan. Maka, kemungkinan besar generasi muda Indonesia akan mudah diajak maju dan bekerjasama nantinya dalam hal industrialisasi. Sebagai contoh, saat ini para guru cenderung memberikan banyak sekali tugas dan beban pikiran kepada muridnya tentang pelajaran yang berbau pengetahuan dari sekolah untuk dibawa pulang ke rumah. Namun, para guru tidak mengajarkan kepada muridnya bagaimana manajemen waktu yang baik. Alhasil, banyak murid yang tidak mengerjakan tugas sekolah tersebut, karena di rumah, mereka lebih memilih bermain dengan teman sebayanya daripada mengerjakan tugas, karena memang sifat alami seorang anak pasti lebih suka bermain. Kemudian sore atau malam harinya mereka harus menempuh pendidikan informal, seperti mengaji. Akhirnya, PR yang seharusnya dikerjakan dirumah, malah dikerjakan di kelas menjelang jam pelajaran dimulai, itupun mencontek milik temannya. Sifat-sifat buruk yang sepele tersebut, justru akan menjadi masalah besar di masa depan, jika dilakukan sejak sekolah dasar, kemudian tetap dilakukan di tingkat menengah, tingkat atas, perguruan tinggi, hingga dunia kerja. Selain itu, sifat-sifat curang seperti itu yang membuat hasil riset di Indonesia kurang diakui internasional. Karena banyak peneliti Indonesia yang kurang percaya diri jika hasil risetnya gagal atau tidak sesuai ekspektasi. Alhasil, banyak peneliti yang memanipulasi data dengan menambahkan nilai suatu data agar hasil penelitiannya terlihat berhasil. Hal tersebut membuat jurnal-jurnal hasil penelitian dari Indonesia tidak direkomendasikan sebagai bahan acuan. Jika jurnal-jurnal Indonesia memiliki kualitas yang baik, mengapa para dosen di universitas memerintah mahasiswanya untuk mengambil sebagian besar referensi dari jurnal internasional ? Selamat merenungkan esensi dari tema besar 74 Tahun Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Brown Cracked Clay PBR Texture155 tahun 2000 telah menetapkan Institut Teknologi Bandung sebagai suatu Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perguruan Tinggi Negeri dengan status badan hukum adalah sesuatu tanpa preseden dalam sejarah Pendidikan Tinggi di Indonesia. Hal ini diawali dengan terbitnya PP No. 61 tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Bahan Hukum yang kemudian disusul diterbitnya PP No. 155 tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung menjadi Bahan Hukum Milik Negara. Maka dengan terbitnya PP 155 tersebut, sejak tanggal 26 Desember 2000, ITB resmi menjadi badan hukum sebagaimana layaknya badan hukum lainnya yang dibenarkan melaksanakan segala perbuatan hukum yang tidak melanggar hukum serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan pertama yang ditinjau dalam PP No. 61 secara singkat adalah adanya globalisasi yang menimbulkan persaingan yang tajam. Maka untuk meningkatkan daya saing nasional dibutuhkan perguruan tinggi yang dapat membangun masyarakat madani yang demokratis dan mampu bersaing secara global. Untuk itu perguruan tinggi, termasuk ITB, harus memperoleh kemandirian, otonomi, dan tanggung jawab yang lebih besar. Penekannya ada pada proses globalisasi. Pada 3 Juli 2020, ITB secara de facto berusia 100 tahun di mana telah menghasilkan lebih dari 120.000 alumni yang berperan penting dalam pembangunan bangsa, memiliki 12 fakultas/sekolah, 128 program studi, dan 111 Kelompok Keahlian, memiliki 25 Pusat, 7 Pusat Penelitian, dan 6 Pusat Unggulan Iptek (PUI), memiliki lebih dari 26 ribu mahasiswa program sarjana, master, dan doktor, memiliki 1.510 dosen dengan 195 Guru Besar, dan berlokasi di dua tempat lain selain kampus Ganesa Bandung yaitu Jatinangor dan Cirebon. ITB juga menjadi perguruan tinggi terbaik nasional dan pelopor kemajuan sains, teknologi, dan seni di Indonesia.

VIVA – SMA terbaik di Indonesia pasti memiliki hasil Ujian Nasional di atas rata-rata. Oleh karena itu, tidak heran jika beberapa Sekolah Menengah Atas atau SMA yang akan kami bahasa berikut ini masuk ke dalam peringkat 10 besar se-Indonesia. Dari banyaknya 23.110 sekolah yang ada di Indonesia, maka terpilihlah 1000 daftar sekolahan dengan jumlah siswa yang mendapatkan nilai ujian terbaik. Mendapatkan nilai ujian terbaik seindonesia tentu menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Tapi semua itu tidak lepas dari peran pihak sekolah yang selalu memberikan kualitas pendidikan dan fasilitas terbaik untuk mendukung kemajuan anak didiknya. Sekolah menjadi salah satu tempat untuk mengenyam ilmu dan pendidikan untuk bisa melahirkan para generasi anak bangsa yang berprestasi dan mampu mengharumkan Indonesia. Oleh karena itu, memilih sekolah terbaik di Indonesia menjadi pertimbangan banyak orangtua dan para siswa yang ingin menimba ilmu dan melanjutkan pendidikannya ke bangku Sekolah Menengah Atas atau SMA. Setiap orangtua pasti menginginkan agar anaknya mendapatkan pendidikan terbaik. Salah satunya dengan masuk dan menjadi bagian SMA terbaik di Indonesia.

Acara webinar ini menghadirkan sejumlah figur penting sebagai pemateri, yakni Prof. Hermawan K. Dipojono dari dari Kelompok Keahlian Material Fungsional Maju, Fakultas Teknologi Industri ITB; Prof. Freddy Permana Zen dari Kelompok Keahlian Fisika Teoritik Energi Tinggi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB; dan Prof. Andriyan B. Suksmono dari Kelompok Keahlian Teknik Telekomunikasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB. Tuan rumah acara ini adalah Prof. Delik Hudalah selaku Sekretaris Komisi II Keilmuan Masa depan FGB ITB. Acara disambut oleh ketua FGB ITB, Prof. Edy Tri Baskoro. Dalam sambutannya, Prof. Edy mengingatkan 3 tugas besar FGB ITB, yaitu: 1. Mengembangkangkan pemikiran akademik bagi penyelesaian permasalahan bangsa; 2. Mengembangkan konsep dan pemikiran tentang keilmuan masa depan; 3. Menjaga dan mengembangkan tradisi nilai-nilai luhur Institut Teknologi Bandung. “Acara webinar kali ini merupakan salah satu program kerja yang disusun oleh oleh Komisi II khususnya terkait tugas besar yang kedua” ungkap Prof. Selanjutnya, Prof. Bambang Riyanto Trilaksono selaku Ketua Komisi II sekaligus moderator memberikan pengantar dan memimpin jalannya penyampaian 3 pemateri dan diskusi webinar.